Rabu, 20 Januari 2010

Belajar Elegan dari Masillam Simanjuntak


Saat panita pansus century memanggil saksi Marsillam Simanjuntak, banyak yang harusnya kita petik dari perdebatan yang terjadi antara pansus dengan mantan Jaksa Agung tersebut.


ketika saya melihat sidang tersebut, kalau boleh saya katakan "Anggota DPR kalah Elegan dari Pak Masillam". hal ini terjadi mungkin banyaknya pertanyaan pansus yang tidak menyetuh akar permasalahan, sehingga pertanyaan-pertanyaan yang di lontar terkesan tidak berbobot, seperti pertanyaan tanda tangan, yang di ulang, padahal pak Masillam telah menyatakan kalau itu adalah tanda tangannya.

dalam hal ini kita bisa melihat ke elegan dari pak Masillam Simanjutak dalam memberikan jawaban dari setiap pertanyaan yang diberikan, kutipan dari kompas.

KOMPAS.com — "Kami ini kalah jam terbang kalau berdebat.” Demikian kata Bambang Soesatyo, anggota Panitia Khusus DPR tentang Hak Angket Bank Century dari Fraksi Partai Golkar, saat bertanya kepada Marsillam Simandjuntak, Senin (18/1/2010) malam. Marsillam ketika itu tampil sebagai saksi dalam penyelidikan kasus Bank Century di DPR.

Malam itu, Marsillam, mantan Kepala Unit Kerja Presiden untuk Pengelolaan Program Reformasi (UKP3R), tampil sendiri. Ia dipanggil terutama terkait dengan kehadirannya di sejumlah rapat Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) yang dipimpin Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati.

Bambang menyatakan, pernyataannya di atas merupakan pengakuan terhadap kapasitas Marsillam. Bahkan, mantan Jaksa Agung serta Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia pada masa pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid ini diakui Bambang sebagai guru dan tokoh idolanya saat mahasiswa. ”Saat menulis buku berjudul Mahasiswa, Gerakan, dan Pemikiran, saya meminta Pak Marsillam menulis kata pengantar,” ucap Bambang.

Selama bersaksi, yang dimulai sekitar pukul 20.00, Marsillam yang mengenakan baju batik lengan panjang ini beberapa kali memang seperti ”mengajar” anggota Pansus.

”'Ditengarai' itu dari bahasa Jawa, ditenger. Jadi, menurut saya, lebih tepat dipakai kata 'disinyalir',” kata Marsillam saat ditanya pemahamannya tentang bank gagal yang ditengarai berdampak sistemik.

Terhadap Aziz Syamsudin, anggota Pansus dari Fraksi Partai Golkar yang memintanya tanda tangan atau paraf untuk dicocokkan dengan yang ada di daftar hadir rapat KSSK 24 November 2008 dan 3 Desember 2008, Marsillam mengakui bahwa tanda tangan atau paraf di rapat KSSK itu adalah miliknya. ”Dengan pengakuan tanda tangan itu benar milik saya, maka contoh dari saya sebenarnya tidak perlu lagi,” kata Marsillam, layaknya guru ilmu hukum.

Namun, melihat Aziz terus memintanya memberikan contoh tanda tangan atau paraf, Marsillam kemudian berkata lagi, ”Butuh tanda tangan berapa? Tetapi jangan disalahgunakan, ya!”

Saat seorang anggota Pansus dari Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa berkata bahwa dia dari Yogyakarta, sama seperti Marsillam yang dilahirkan di kota itu pada 23 Februari 1943, ia menjawab, ”Saya tahu Anda dari PKB.”

Sikap Marsillam itu membuat hanya pada awal kesaksian dia dicecar dengan pertanyaan. Khususnya saat Partai Golkar, yang mendapat giliran bertanya pertama, mencecar soal kehadirannya dalam sejumlah rapat KSSK.

Namun, ketika Marsillam menjelaskan dia datang sebagai narasumber dengan atribut Kepala UKP3R dan tidak pernah melaporkan kegiatan itu kepada Presiden, semuanya seperti sudah menjadi jelas.

Setelah penjelasan Marsillam itu, rapat Pansus menjadi ”landai”. Praktis tidak ada lagi pertanyaan dengan intonasi tinggi kepadanya. Sejumlah anggota Pansus bahkan meminta pendapat darinya.

Maruarar Sirait, anggota Pansus dari Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, mengatakan, hal itu terjadi karena tidak banyak informasi yang dapat digali dari Marsillam.

Namun, pengajar komunikasi politik dari Universitas Indonesia, Effendi Ghazali, Selasa di Jakarta, mengatakan, dalam komunikasi politik seperti di Pansus Century, kemenangan akan diraih oleh mereka yang dapat bersikap elegan. Sikap elegan berarti dapat berbicara dengan keyakinan tinggi bahwa yang dilakukannya benar dan berani mengambil tanggung jawabnya. Tidak berbicara dengan nada tinggi atau marah-marah. ”Kata-kata seperti ’jadi Anda bawa pendukung’ atau ’sebentar lagi orang di atas akan diam’ adalah jauh dari elegan,” ujar Effendi.

Menurut Effendi, Marsillam bersikap amat elegan hingga dia ”menang” saat tampil di rapat Pansus. ”Nilai Marsillam 8-9,” katanya lagi.

Kemenangan dalam teater politik Pansus Century, ujar Effendi, juga diraih, antara lain, oleh Sri Mulyani, mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla, dan anggota Pansus dari Partai Keadilan Sejahtera, Andi Rahmat. Namun, ia mengingatkan, makna kemenangan dalam bersikap ini tidak selalu sama dengan kebenaran dan persepsi orang atas kasus tersebut. (NWO) foto : KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO




Categories:

0 comments: